Monday, September 26, 2022

Berbagi Pengalaman Mengajar (Best Practice)

Pembelajaran PBL dan PjBL dengan media ineraktif untuk meningkatkan motivasi dna pemahaman siswa dalam materi kimia - partikel atom.

 

LK 3.1 Menyusun Best Practices (AKSI 1)

 

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice)  Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)

Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

Nama    : Yuliyana

NIM       : 201699667455

LPTK     : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Kelas     : Kimia

 

Lokasi

SMP Budi Mulia Dua Bintaro – Kota Tangerang Selatan Prov. Banten.

Lingkup Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama

Tujuan yang ingin dicapai

Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX melalui model PBL dan PjBL pada pelajaran IPA materi Kimia.

Penulis

Yuliyana

Tanggal

25 dan 29 Agustus 2022

Situasi:

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

 

Mata pelajaran IPA seringkali dimaknai sebagai mata pelajaran yang menakutkan bagi siswa. Ditambah materi fisika dan kimia yang memerlukan keterampilan berhitung sehingga membuat siswa semakin tidak bersemangat. Pembelajaran dengan metode ceramah semakin membuat siswa mengantuk dan bosan. Jika siswa hanya diberikan penjelasan materi dari guru saja dan mengerjakan soal latihan secara individu membuat kondisi kelas yang tidak interaktif. Hal ini membuat siswa merasa tidak termotivasi, malas, pasif, dan mengantuk saat pembelajaran IPA di kelas.

 Motivasi merupakan faktor yang diperlukan siswa untuk belajar karena  akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Menurut Wina Sanjaya (2010: 251-252), motivasi memiliki 2 fungsi yaitu :

1.   Mendorong siswa untuk beraktivitas

Perilaku setiap orang disebabkan karena dorongan yang muncul dari dalam yang disebut dengan motivasi. Besar kecilnya semangat seseorang untuk bekerja sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi orang tersebut. Semangat siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tepat waktu dan ingin mendapatkan nilai yang baik  karena siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. 

2. Sebagai pengarah

Tingkah laku yang ditunjukkan setiap individu pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha untuk pencapaian prestasi.

 Kondisi ini menjadi tanggung jawab moral seorang guru untuk mengembangkan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Praktik pembelajaran inovatif yang dikembangkan dalam pembelajaran ini perlu dibagikan untuk memberikan dampak positif kepada siswa-siswa lain yang mengalami hal yang sama yaitu kurang motivasi dalam belajar. Dengan adanya motivasi dari dalam diri siswa akan mendorong pencapaian prestasi siswa.

Tantangan :

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat,

 

Beberapa penyebab dari rendahnya motivasi siswa dari hasil wawancara dan survei literatur adalah:

1. Minat belajar siswa rendah

2. Lingkungan keluarga yang tidak mendukung.

3. Sarana dan prasarana sekolah kurang.

4. Kondisi zaman yang serba instan.

5. Metode pembelajaran kurang variatif dan monoton.

 Hal ini merupakan tantangan bagi guru untuk membuat strategi pembelajaran yang inovatif sehingga dapat membuat siswa menjadi aktif dan bersemangat saat pembelajaran di kelas.

 Dari penyebab di atas, berikut tantangan bagi guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui:

1.   Penggunaan model PJBL atau PBL membuat pembelajaran menjadi student center karena siswa bertindak sebagai subjek, mereka akan mencari informasi sendiri terkait proyek atau masalah yang harus diselesaikan. Dengan demikian siswa akan menjadi lebih termotivasi.

2.   Metode pembelajaran yang variatif seperti praktik/percobaan, projek, diskusi, demonstrasi, studi kasus, jigsaw, dan wawancara narasumber.

3.   Menggunakan media pembelajaran yang menarik sesuai dengan materi dan berbasis IT

 Dari tantangan di atas terlihat bahwa untuk meningkatkan motivasi siswa, diperlukan kompetensi profesional, pedagogik dan kemampuan penguasaan teknologi informasi seorang guru.

 Untuk menghadapi tantangan pembelajaran yang inovatif, guru dapat berkolaborasi dengan:

1.   Rekan sejawat, dapat membantu menyiapkan media, memberikan masukan/ide, dan merancang pembelajaran.

2.   Siswa sebagai subjek, pusat pembelajaran pada siswa sehingga peran siswa dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.

3.   Kepala sekolah, pemberian izin penggunaan sarana dan prasarana saat pembelajaran.

4.   Tim kebersihan sekolah, membantu menyiapkan kelas.

Aksi :

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini

 

Menurut Budi Santoso, 2020 dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning  berbantu alat peraga dapat meningkatkan aktivitas belajar, motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa

Sedangkan menurut Anis Wahdati Sholekah, 2022 model PjBL dapat dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa khususnya dalam belajar IPA adalah PBL dan PJBL. Sebelum pembelajaran guru membuat rancangan pembelajaran dengan membuat RPP, bahan ajar, memilih media, instrumen penilaian (kognitif, afektif, psikomotorik).

1.   Pada siklus 1 dilaksanakan pembelajaran model PBL.

   Kegiatan pendahuluan :

Siswa diberikan apersepsi dan motivasi: tentang proses fotosintesis dan zat yang terkandung pada hasil fotosintesis, diberikan pertanyaan apa zat penyusun plastik?. Menjelaskan tujuan pembelajaran. Sebelum masuk ke kegiatan inti siswa diberikan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa dengan menggunakan quizizz.

   Kegiatan inti (tahapan pembelajaran model PBL):

a.    Orientasi siswa pada masalah:

“Bagaimana mengidentifikasi materi penyusun benda mati dan makhluk hidup?”

b.    Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Siswa dikelompokan dengan anggota 3-4 orang dan diberikan LKPD.

c.    Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Guru membimbing siswa melakukan percobaan pembakaran beberapa benda (daging, rambut, karet, ban, kayu, kertas, bulu ayam, kain katun). Siswa mengidentifikasi bau dari hasil pembakaran benda tersebut, berdiskusi menganalisa benda-benda yang memiliki bau yang hampir sama, lalu mencari informasi dengan literasi dari bahan ajar guru atau dari sumber lain untuk mengetahui materi penyusun dan senyawa yang terkandung dalam benda tersebut.

d.    Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kelompok lain akan menanggapi presentasi tersebut.

e.    Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

  Guru dan siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas hasil kegiatan pada LKPD. 

  Guru dan siswa menyimpulkan hubungan zat yang terkandung dalam benda mati dan makhluk hidup (semua tersusun atas senyawa kimia, senyawa kimia tersusun atas unsur-unsur)

   Kegiatan Penutup

a.    Siswa diberikan post test menggunakan media quzizz untuk mengetahui hasil pembelajaran dan mengisi refleksi melalui paddlet.

b.    Guru menyampaikan materi selanjutnya yaitu materi penyusun unsur.

 2.  Pada siklus 2 dilaksanakan pembelajaran model PjBL.

   Kegiatan pendahuluan :

Siswa diberikan apersepsi dan motivasi berupa : Apa saja unsur penyusun garam dan air? Apakah ada materi lagi yang menyusun suatu unsur? Apa yang kalian tahu tentang kota Hiroshima dan Nagasaki? Menjelaskan tujuan pembelajaran. Sebelum masuk ke kegiatan inti siswa diberikan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa dengan menggunakan quizizz.

    Kegiatan inti (tahapan pembelajaran model PjBL):

a.    Penentuan Pertanyaan Mendasar

Setelah siswa mengamati video yang berisi peristiwa bom atom Hiroshima serta penjelasan atom dan partikel penyusunnya berdasarkan teori-teori atom, siswa diberikan pertanyaan :

Bagaimana agar kita dapat memahami model atom dari beberapa teori atom dengan mudah?

Guru mengajak siswa untuk membuat projek berdasarkan pilihan-pilihan dari jawaban siswa.

b.    Mendesain Perencanaan Proyek

Siswa akan dipandu dengan LKPD membuat rancangan proyek pembuatan model atom berdasarkan teori atom tertentu.

c.    Menyusun Jadwal

Siswa menyusun jadwal pengerjaan projek.

d.    Memonitor siswa dan kemajuan proyek.

     Guru menjadi mentor dalam mengawal siswa   pada setiap tahapan pelaksanaan proyek yang mereka selesaikan, guru juga menjadi fasilitator mendorong semua siswa agar aktif dalam proyek tersebut.

     Siswa melakukan pembuatan proyek sesuai jadwal, mencatat dan mendokumentasikan setiap tahapan, serta mendiskusikan masalah yang muncul selama penyelesaian proyek dengan guru.

e.    Menguji Hasil

Membahas kelayakan proyek model atom yang telah dibuat dan membuat laporan produk/ karya untuk dipaparkan di kelas dan pembuatan dokumentasi (berupa video proses pengerjaan proyek. Jika ada yang belum layak siswa diminta untuk memperbaiki model atom yang dibuat.

f.     Mengevaluasi Pengalaman

Siswa memaparkan laporan hasil projek model atom yang dibuat beserta video pembuatan projek, dan menggunakan media Augmented Reality untuk melihat gerakan elektron. Siswa yang lain memberikan tanggapan, dan bersama guru menyimpulkan hasil proyek.

   Kegiatan Penutup

a.    Siswa diberikan post test menggunakan media quzizz untuk mengetahui hasil pembelajaran dan mengisi refleksi melalui paddlet.

b.    Guru menyampaikan materi selanjutnya yaitu menghubungkan proton, neutron dan elektron dalam menyusun nomor atom dan nomor massa.

 

Sumber daya yang diperlukan antara lain : sumber daya manusia (guru, siswa, teman sejawat, kepala sekolah, tim kebersihan sekolah), sarana dan prasarana (kelas, proyektor, alat tulis, laptop, jaringan internet, smartphone, alat dan bahan percobaan dan projek), dan sumber belajar (buku paket, bahan ajar, konten internet).

Refleksi Hasil dan dampak

Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif?  Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut

 

Dampak dari aksi dan langkah langkah yang dilakukan dapat dilihat dari :

1.   Meningkatnya penilaian kognitif siswa yang terlihat dari rata-rata hasil pre test dan post test pada siklus 1 dan siklus 2 pada data berikut.

Siklus

Pre test 

Post test 

Siklus 1

61,18

71,76

Siklus 2

41,50

76,83

 

2.   Meningkatnya rata-rata nilai sikap sosial  yang meliputi disiplin, tanggung jawab, kerja sama terlihat pada tabel berikut.


 

3.   Meningkatnya rata-rata nilai keterampilan abad 21 : berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi dan komunikasi berdasarkan penyelesaian LKPD dan presentasi seperti pada data berikut.

4.   Meningkatnya kemampuan IT siswa dengan membuat presentasi dan editing video dokumentasi projek.

5.   Hasil angket motivasi siswa menunjukkan indeks persentase sebesar 86,44 % termasuk kategori sangat tinggi.

6.   Hasil refleksi siswa melalui paddlet menunjukkan siswa merasa senang dan ingin melakukan pembelajaran seperti ini terus ke depannya.

 Berdasarkan data-data di atas langkah-langkah yang telah dilakukan efektif.

 Respon dari siswa terhadap guru sangat positif yang ditunjukkan dengan icon tersenyum pada hasil survey angket siswa terhadap guru. Respon dari teman sejawat menyatakan rata-rata sangat setuju dengan model pembelajaran yang telah dilaksanakan guru.

 Meningkatnya aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat menjadi indikator keberhasilan meningkatkan motivasi siswa. Adanya respon positif dari siswa dan teman sejawat menunjukkan strategi pembelajaran berhasil.

 

 

 

LK 3.1 Menyusun Best Practices (AKSI 2)

 

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice)  Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)

Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

Nama    : Yuliyana

NIM       : 201699667455

LPTK     : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Kelas     : Kimia

 

Lokasi

SMP Budi Mulia Dua Bintaro – Kota Tangerang Selatan Prov. Banten

Lingkup Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama

Tujuan yang ingin dicapai

Meningkatkan pemahaman siswa pada materi partikel atom dan konfigurasi elektron yang abstrak melalui media berbasis aplikasi dan media konkret.

Penulis

Yuliyana

Tanggal

9, 14 September 2022

Situasi:

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

 

Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahan zat atau materi (Eggi Aunur R, 2020). Menurut Kean & Middlecamp (1985) salah satu karakteristik ilmu kimia adalah sebagian besar konsep-konsepnya bersifat abstrak, seperti struktur atom, ikatan kimia dan konsep asam-basa. Sifatnya yang abstrak menyebabkan kimia cenderung menjadi pelajaran yang sulit bagi kebanyakan siswa (Taber, 2002 dalam Sirhan 2007).

 Partikel atom adalah materi abstrak yang susah diamati secara langsung sehingga siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Partikel atom merupakan materi kimia yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena semua benda tersusun atas atom-atom, sehingga materi ini perlu  diajarkan kepada siswa. Namun, dalam pembelajaran siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi ini karena tidak dapat dilihat secara nyata atau divisualisasikan secara langsung.

 Dari hasil observasi pada siswa kelas 9 SMP Budi Mulia Dua Bintaro pada tahun sebelumnya dengan intake siswa lebih tinggi, pembelajaran model discovery learning dengan media power point dan video siswa masih kesulitan memahami materi partikel atom yang abstrak. Hal ini ditunjukkan dari hasil belajar tahun sebelumnya rendah dan siswa sangat asing dengan materi tentang atom dan konfigurasi elektron.

Hal ini merupakan tantangan bagi guru untuk melakukan strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi partikel atom dan konfigurasi elektron yang abstrak.

 

Praktik pembelajaran inovatif dengan media menarik perlu dibagikan kepada guru lain yang sekiranya dapat memodifikasi pembelajaran ini sesuai kondisi di sekolah masing-masing.

Tantangan :

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat,

 

Dari hasil wawancara dan survei literatur beberapa penyebab siswa kesulitan memahami materi atom yang abstrak adalah:

1. Pemahaman siswa terhadap materi kimia rendah.

2. Materi banyak terdapat  simbol, istilah dan rumus-rumus.

3. Kemampuan dasar siswa dalam bidang sains dan matematika rendah.

4. Motivasi dan minat siswa kurang.

5. Pembelajaran masih banyak teori.

6. Pemanfaatan teknologi dan aplikasi yang mendukung masih kurang.

 Dari penyebab di atas, berikut tantangan bagi guru untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi atom yang abstrak:

Menerapkan pembelajaran kontekstual berbasis proyek atau masalah dengan metode variatif dan menggunakan media yang dapat memvisualkan partikel-partikel penyusun atom.

 Dengan demikian siswa dapat membayangkan sesuatu yang abstrak menjadi konkret sehingga akan mempermudah siswa dalam memahami materi tersebut.

 

Yang terlibat dalam kegiatan ini :

1.   Rekan sejawat, membantu membuat congklak kancing genetika untuk media konfigurasi elektron .

2.   Siswa,  sebagai subjek pengguna media.

3.   Kepala sekolah, pemberian izin penggunaan sarana dan prasarana saat pembelajaran.

4.   Tim kebersihan sekolah, membantu menyiapkan alat dan bahan pembuatan media.

Aksi :

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini

 

Berdasarkan penelitian Hotimah, 2017 dari hasil uji coba lapangan (hasil pretes dan postes) menunjukkan bahwa multimedia interaktif IPA ini dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi mikroorganisme.

 Hasil penelitian Yola Dewi Putri, 2021 menunjukkan media pembelajaran kimia berbasis android yang telah dikembangkan layak untuk digunakan sebagai sumber belajar kimia pada materi reaksi reduksi-oksidasi

Berdasarkan literatur dan hasil wawancara, langkah-langkah yang diambil berfokus pada media pembelajaran.

 Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut adalah :

1.  Menyusun rpp dengan model PBL.

Siklus 1

   Kegiatan pendahuluan :

     Siswa diberikan apersepsi dan motivasi berupa pertanyaan : apa saja partikel penyusun atom?, Bagaimana cara membedakan antara satu atom dengan atom lain?

     Menjelaskan tujuan pembelajaran. Sebelum masuk ke kegiatan inti siswa diberikan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa dengan menggunakan quizizz.

   Kegiatan inti (tahapan pembelajaran model PBL):

a.    Orientasi siswa pada masalah:

“Bagaimana hubungan proton, neutron dan elektron dalam sebuah atom?”

b.    Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Siswa dikelompokan dengan anggota 3-4 orang dan diberikan LKPD.

c.    Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Guru membimbing siswa menyelidiki pengaruh banyak proton, neutron dan elektron dalam sebuah atom dengan  melakukan simulasi menggunakan aplikasi PhET Simulation Build Atom dan menyelesaikan LKPD.

d.    Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, kelompok lain akan menanggapi presentasi tersebut.

e.    Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

  Guru dan siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas hasil kegiatan pada LKPD. 

  Guru dan siswa menyimpulkan hubungan proton, neutron dan elektron dalam sebuah atom dan penulisannya dalam simbol atom.

   Kegiatan Penutup

c.    Siswa diberikan post test menggunakan media quzizz untuk mengetahui hasil pembelajaran dan mengisi refleksi melalui paddlet.

d.    Guru menyampaikan materi selanjutnya yaitu materi konfigurasi elektron.

 

Siklus 2

   Kegiatan pendahuluan :

      Siswa diberikan apersepsi dan motivasi berupa Tayangan lampu warna warni dari gas mulia (guru meminta siswa menghubungkannya dengan partikel atom), Bagaimana kita mengetahui banyak elektron dalam sebuah atom? Bagaimana susunan elektron-elektron dalam kulit-kulit atom?

     Menjelaskan tujuan pembelajaran. Sebelum masuk ke kegiatan inti siswa diberikan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa dengan menggunakan quizizz.

   Kegiatan inti (tahapan pembelajaran model PBL):

a.    Orientasi siswa pada masalah:

Berapa banyak kulit dalam suatu atom? Berapa banyak elektron dalam setiap kulit atom? Bagaimana menentukan letak atom dalam tabel periodik?

b.    Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Siswa dikelompokan dengan anggota 3-4 orang dan diberikan LKPD.

c.    Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Siswa dipandu membuat konfigurasi elektron berdasarkan model atom Bohr menggunakan media congklak dan kancing genetika sebagai elektron, kemudian menentukan elektron valensi, dan letak unsur golongan A dalam tabel periodik. Siswa berdiskusi menjawab pertanyaan pada LKPD.

d.    Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kelompok lain akan menanggapi presentasi tersebut.

e.    Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

  Guru dan siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas hasil kegiatan pada LKPD. 

  Guru dan siswa menyimpulkan bahwa untuk membuat konfigurasi elektron harus mengetahui ketentuan elektron maksimal pada setiap kulit dengan rumus 2n2. Dari konfigurasi elektron dapat ditentukan elektron valensi, golongan, periode dan pembentukan ion dari atom.

   Kegiatan Penutup

e.    Siswa diberikan post test menggunakan media quzizz untuk mengetahui hasil pembelajaran dan mengisi refleksi melalui paddlet.

f.     Guru menyampaikan materi selanjutnya yaitu pembentukan senyawa dari ikatan ion.

 

2.    Menyiapkan bahan ajar nomor atom dan nomor massa, konfigurasi elektron, dan pembentukan ion.

3.    Menyiapkan instrumen penilaian kognitif (pre test dan post test dengan media quizizz), sikap dan keterampilan.

4.    Membuat link refleksi siswa pada paddlet.

5.    Menyiapkan media :

     Siklus 1

Menggunakan media berbasis aplikasi yaitu PhET Interactive Simulation Build Atom. Aplikasi ini bisa diakses melalui internet. Siswa melakukan simulasi dengan dipandu LKPD. Dengan media ini, siswa dapat melakukan simulasi membuat atom dengan cara menambahkan proton dan neutron. Dari simulasi siswa dapat melihat atom apa yang terbentuk dan menentukan berapa jumlah elektron dari suatu atom netral, kemudian siswa dapat menghubungkan proton, neutron dan elektron dalam penulisan simbol atom. Siswa dapat mengetahui partikel atom mana yang menentukan nomor atom dan nomor massa. Siswa menyelesaikan LKPD berdasarkan data hasil simulasi dan literasi.

     Siklus 2

Menggunakan media konkret Congklak Kancing Genetika untuk menentukan konfigurasi elektron model atom Bohr. Media ini dibuat sendiri oleh guru dengan dibantu rekan sejawat sebanyak 5 buah untuk 5 kelompok. Pada papan impraboard ditempel gelas-gelas kecil sesuai urutan kulit atom seperti gambar berikut. Siswa dapat memilih gelas pada setiap kulit sesuai sisa elektron. Contoh jika pada kulit N sisa elektron 26, maka gelas yang dipilih nomor 18, karena elektron yang tersisa kurang dari 32.



Siswa melakukan simulasi dengan menggunakan congklak kancing genetika untuk membuat konfigurasi elektron.

 Sumber daya yang diperlukan antara lain : sumber daya manusia (guru, siswa, teman sejawat, kepala sekolah, tim kebersihan sekolah), sarana dan prasarana (kelas, proyektor, alat tulis, laptop, jaringan internet, smartphone, alat dan bahan membuat media, dan sumber belajar (buku paket, bahan ajar, konten internet).

Refleksi Hasil dan dampak

Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif?  Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut

 

Dampak dari aksi dan langkah langkah yang dilakukan dapat dilihat dari :

1.   Meningkatnya penilaian kognitif siswa yang terlihat dari rata-rata hasil pre test dan post test pada siklus 1 dan siklus 2 pada data berikut.

Siklus

Pre test 

Post test 

Siklus 1

 58,00

86,55 

Siklus 2

38,89

 67,00

 

2.   Hasil angket pemahaman siswa menunjukkan indeks persentase sebesar 83,97 %  pada siklus 1 dan 83,78 pada siklus 2 termasuk kategori sangat tinggi.

3.   Hasil refleksi siswa melalui paddlet menunjukkan siswa merasa senang, seru dan asik dengan media pembelajaran yang digunakan.

 Berdasarkan data-data di atas langkah-langkah yang telah dilakukan efektif yang ditunjukkan meningkatnya aspek-aspek kognitif, dapat dikatakan pemahaman siswa meningkat.

 Respon dari teman sejawat menyatakan rata-rata sangat setuju dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan guru.

 Pembelajaran dari semua proses adalah pembuatan rancangan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

 Link  download : LK.3.1 Best Practice PPG 2022 Angkatan 1- Yuliyana


Berbagi Pengalaman Mengajar (Best Practice) Pembelajaran PBL dan PjBL dengan media ineraktif untuk meningkatkan motivasi dna pemahaman siswa...